Introducing Holistic Aesthetic
Perkembangan zaman memunculkan tren baru dalam kedokteran modern sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kini masyarakat tidak hanya ingin hidup dalam kondisi sehat begitu saja, tapi mereka ingin memiliki dan menikmati kehidupan yang benar-benar penuh, artinya selain sehat dan bugar, juga selalu berpenampilan menarik dan awet muda. Karena itu dalam beberapa dekade terakhir ini praktek kedokteran estetik mengalami kemajuan dan peningkatan yang sangat signifikan.
Menurut American Academy of Aesthetic Medicine (A3M), kedokteran estetik (aesthetic medicine) meliputi semua prosedur medis yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan fisik dan kepuasan pasien dengan menggunakan prosedur-prosedur kosmetik yang non-invasive / minimally invasive memakai anestesi lokal atau regional. Hal ini meliputi berbagai perawatan seperti botox, filler, threads, chemical peeling, microdermabrasion, serta penggunaan berbagai peralatan laser, radiofrequency (RF), ultrasounds dan lain-lain teknologi yang terus berkembang.
Holistik berasal dari kata Yunani holos yang berarti “ all, whole, entire ”, artinya suatu filosofi atau pendekatan terhadap sesuatu secara lebih menyeluruh. Dalam kedokteran holistik, perawatan terhadap pasien menggunakan pendekatan secara keseluruhan, baik fisik, psikologis maupun spiritual, jadi perawatannya tidak hanya berdasarkan diagnosis penyakitnya saja. Memang sebenarnya tubuh kita bekerja dan berfungsi melalui berbagai sistem yang terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Di dalam rubrik ini akan dibahas berbagai hal terkait kedokteran estetik secara holistik, karena sebenarnya kesehatan dan kecantikan kulit sebagai bagian dari tubuh kita secara keseluruhan tidak dapat dilepaskan dari berbagai sistem tubuh kita yang lain. Adanya gangguan di salah satu sistem tubuh dapat bermanifestasi di kulit kita dan sebaliknya. Bahkan tidak sedikit problem kulit yang bersumber dari masalah psikologis dan sebaliknya. Karena itu, diyakini bahwa memiliki pamahaman yang holistik akan dapat memberikan hasil perawatan yang lebih baik dan tentu baik dokter maupun pasiennya akan lebih puas.
Sebagai contoh, banyak pasien yang mempunyai problem jerawat ( Acne vulgaris ) sebenarnya tidak menyadari kalau memiliki gangguan di dalam saluran cerna dan bahkan neurotransmitters dalam otaknya. Hal ini dikenal dengan adanya istilah Gut-Brain-Skin Axis . “Salah makan” makanan tertentu, ataupun stres psikis akan dapat menimbulkan jerawat pada orang-orang tertentu. Demikian pula dengan pasien yang sering mengalami gangguan berupa konstipasi dapat timbul jerawatnya. Selain itu, adanya gangguan hormonal jelas dapat menimbulkan jerawat. Jerawat juga sering timbul saat mendekati menstruasi, pemakaian pil KB dan lain- lain.
Demikian pula dengan masalah hiperpigmentasi. Misalnya, melasma dapat terjadi karena adanya paparan sinar matahari yang berlebihan, yang akan menghasilkan radikal bebas yang dapat menstimulasi terbentuknya melasma. Karena itu antioksidan sering dipakai dalam perawatan hiperpigmentasi, baik berupa krim-krim perawatan kulit maupun multivitamin per oral. Di samping itu hormon sering dilibatkan dalam penanggulangan melasma karena faktor hormonal mempunyai peran yang penting dalam mekanisme terbentuknya melasma.
Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup (life expectancy) dan pengaruh dari berbagai faktor sosial, ekonomi dan budaya, maka terjadi pula perubahan dalam pola struktur demografi penduduk dimana proporsi dari penduduk yang berusia di atas 40 tahun sampai yang tergolong dalam lanjut usia (lansia) semakin hari semakin banyak. Kelompok masyarakat dalam kategori ini pun tetap ingin tampil menawan, tampak awet muda, sehat dan bugar. Karena itu masalah lain yang sering dijumpai dalam kedokteran estetik adalah masalah penuaan kulit (skin aging). Berbagai faktor berkontribusi dalam masalah penuaan kulit, baik faktor ekternal maupun internal. Sebagai contoh dari faktor ekternal adalah paparan sinar matahari yang berlebih, merokok, dan berbagai faktor gaya hidup (life style) lainnya.
Sedangkan faktor-faktor internal misalnya adalah faktor genetik, hormonal, dan lain-lain. Bahkan adanya gaya hidup tidak sehat ditambah dengan berbagai faktor lingkungan hidup yang penuh dengan “racun” telah memicu terjadinya kondisi premature aging pada usia yang lebih dini. Terutama sekali adalah apa yang setiap hari kita konsumsi dan gunakan dapat mempengaruhi ekspresi gen-gen kita. Kondisi “salah makan” terus menerus yang tidak kita sadari akan tampak dalampenampilan kita, apakah kita akan tampak awet muda atau tampak lebih tua dari umur kronologis kita.
Dorongan kebutuhan masyarakat untuk tetap sehat, tampil awet muda dan menawan di usia yang lebih “ mature ” tersebut telah memacu berkembangnya kedokteran anti aging (Anti Aging Medicine / AAM) yang pesat saat ini. Dan kedokteran estetik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masalah anti aging secara keseluruhan.
Sebenarnya problem dari kulit yang menua sering kali lebih dari sekedar “sedalam kulit” saja, tetapi sampai melibatkan struktur-struktur di bawah kulit dan kesehatan tubuh pada umumnya. Hal ini dapat dipahami karena terjadinya kulit yang menua sebenarnya melibatkan berbagai faktor seperti telah disebutkan di atas. Karena itu management pada skin aging tentu lebih kompleks, sehingga memerlukan berbagai modalitas terapi baik ekternal maupun internal. Memiliki perspektif AAM yang holistik dalam penanganan skin aging diyakini akan dapat memberikan suatu solusi yang lebih komprehensif sesuai dengan harapan para pasien. Misalnya, dengan memperhatikan dan menggali faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup pasien, kita dapat memiliki “insight ” mengapa satu pasien dapat mengalami proses aging lebih cepat dari pada pasien lainnya. Dengan demikian dapat diberikan solusi yang lebih holistik terhadap masalah estetiknya. Selain perawatan skin aging, dapat dipertimbangkan hal-hal yang menyangkut masalah nutrisinya, detoksifikasi, hormonal, olah raga dan bahkan masalah-masalah “stres” yang dialaminya.